Wednesday, August 07, 2013

“Lu??? Jadi Fulbrighter? Kok bisa?” (Part 3. Online Application)



Setelah “kelulusan” wawancara, seseorang yang melamar beasiswa Fulbright akan disebut candidate. Ini sebutan yang pada hakikatnya (lagi-lagi) membuat harap-harap cemas. Dari definisi saja, kandidat berarti calon, yang artinya bisa saja tidak jadi mendapat beasiswa. Tapi ada sisi baiknya. Seorang candidate, baik principal maupun alternate, akan mulai merasakan kemanjaan yang dalam bentuk tiket pesawat, kamar hotel, dan serangkaian tes-tes mahal yang semuanya dibayarkan oleh AMINEF.

TAPIII, sebelum merasakan kemanjaan itu, harus isi online application dulu…

Ini adalah tahap seleksi berkas yang kedua. Jika pada tahap pertama, semua dokumen dikirim dalam bentuk fisik ke kantor AMINEF di Jakarta, maka seleksi tahap kedua ini, yang disebut online application, lebih rumit. Aturan pengisiannya betul-betul detail dan mutlak dipatuhi. Kalau tidak, online application itu akan error. Sebagai contoh, kalau di online application dibatasi 5 baris, ya baris keenam tidak akan muncul di versi finalnya. Kalau aturannya 50 kata, ya kata ke-51 tidak terhitung. Tipsnya? Baca dan patuhi semua yang aturan pengisian. They don’t put it there if it’s not important. Ingat sekali lagi bahwa penyeleksi yang ada di AS sana menerima ribuan lamaran dari seluruh dunia. Jangan main-main dengan mood mereka dalam membaca lamaran kamu.

O ya, kalau ada printer dan scanner yang bisa dipakai, itu akan sangat memudahkan. Ada banyak dokumen yang harus dikirim dalam bentuk fisik DAN dalam bentuk file melalui email ke AMINEF jika kita sudah selesai mengisi online application itu. Dokumen tersebut adalah:
-          Hasil pengisian online application. Jadi, setelah sukses mengisi formulir lewat internet, akan ada laporan hasil pengisiannya dalam bentuk pdf. Cetak file pdf ini untuk dikirim ke AMINEF dalam bentuk fisik dan dalam bentuk email.  

-          Signature form. Lembar ini akan otomatis muncul jika online application sudah terisi. Ini semacam lembar pengesahan yang ada kolom tandatangannya. Cetak filenya, tandatangani di kolomnya, lalu scan. Kirim fisiknya dan filenya ke  AMINEF

-          Transkrip nilai dan ijazah. Kirim dalam bentuk fisik dalam amplop resmi tersegel. Nah, ini dia masalah saya sampai sekarang. Berkali-kali saya memesan legalisasi transkrip dan ijazah ke Direktorat Pendidikan UI supaya hasilnya dimasukkan dalam amplop resmi, namun tidak pernah dipenuhi. Apa susahnya sih ngasih amplop berkop universitas??? Semoga kampus kamu tidak seaneh UI dalam hal ini. Jangan lupa di-scan untuk dikirim lewat email juga. JANGAN MENGIRIM TRANSKRIP DAN IJAZAH ASLI kamu. That’s YOUR life!!! Saya perlu menekankan ini karena kadang-kadang kita (baca:saya) melakukan hal-hal bodoh saking semangatnya.

-          Rekomendasi. Umumnya institusi pendidikan tinggi di Amerika meminta minimal 3 rekomendasi. Jadi karena saya sudah punya 1 surat rekomendasi waktu seleksi berkas awal dulu, saya tinggal minta 2 orang lagi untuk menandatangani kenarsisan saya. Tapi ini bukan asal narsis karena harus terkontrol (lihat lagi tips “menyusun” rekomendasi di part 1). Kalau kamu beruntung, yang kamu mintai rekomendasi akan membaca dan mengoreksi draft rekomendasi kamu. Kalau tidak, selamat berjudi dengan kenarsisanmu.

-          Paspor. Sebaiknya sejak awal ikut seleksi kamu sudah punya paspor atau paling tidak mulai mengurusnya. Paspor Indonesia bersampul hijau. Ada paspor khusus diplomat/ PNS yang tugas luar negeri yang bersampul biru. Untuk gampangnya, urus paspor reguler saja. Nah, kalau sudah punya, scan halaman identitas paspor itu lalu kirim ke AMINEF.

-          Resume. Sejujurnya, sampai saat ini saya tidak terlalu paham apa beda Resume, Study Objective dan Personal Statement. Tapi sebagai gambaran, resume intinya tentang diri kamu: dulu sekolah di mana, sekarang kerjanya di mana, pekerjaan sehari-hari seperti apa. Bentuknya paragraf yang harus muat dalam satu (1) halaman dan bukan dalam bentuk kolom seperti yang biasa kita dapati di Indonesia. Aturan lain yang jarang kita temui: RESUME JANGAN PAKAI FOTO. Aneh kan? Di negara kita yang namanya resume, CV, daftar riwayat hidup, dan sejenisnya = ajang buat narsis di pas foto. Nah, para penyeleksi Fulbright ternyata menganggap penambahan foto dalam CV/ resume itu tidak etis dan hanya memperbesar ukuran file.  

-          Study Objective. Aduh… ini lagi, ini lagi…. Begitu pikiran saya ketika email koreksi SO datang lagi dari AMINEF. Tapi apa boleh buat; tidak ada jalan lain. Ubah SO sesuai saran staf AMINEF. O ya, saya lupa bilang di part 1 bahwa di SO, tidak perlu mencantumkan nama universitas tertentu meskipun kamu MAUUUUU sekali masuk universitas itu. Alasannya karena semua dokumen yang kamu masukkan akan disebar ke 4-5 universitas yang punya program studi sesuai keinginan kamu. Jadi kalau di SO kamu terkesan begini,”Pokoknya saya mau sekolah di Harvard”, maka penyeleksi di Johns Hopkins mungkin akan bilang,” Nih anak mau masuk Harvard, ya udah nggak usah kita pertimbangkan.” Yang rugi siapa?

-          Personal Statement. Resume saya anggap sebagai perkenalan diri (CV dalam bentuk paragraf).  Sementara SO itu berkisar tentang alasan ketertarikan terhadap suatu bidang ilmu; terhadap prinsip mutual understanding yang mendasari pemberian beasiswa Fulbright; terhadap kultur pendidikan tinggi di AS secara umum. Nah, personal statement itu adalah kesimpulan dari resume dan SO. Personal Statement adalah kata-kata penutup dalam upaya kamu “merayu” penyeleksi di AS sana; gabungan dari “siapa saya” dan “apa yang saya mau dari bersekolah gratis di AS”. Itulah personal statement. Tapi untuk amannya, jangan percaya saya 100%. Coba cari sumber lain yang lebih meyakinkan.

-          Work Example. Alias makalah. Alias musuh bebuyutan saya yang bikin saya kuliah sampai 7 tahun. *sigh…. Yang diminta adalah makalah yang relevan dengan bidang studi yang kita pilih. Boleh bikin makalah baru ataupun makalah yang sudah dibuat untuk keperluan lain. Intinya, yang ingin dilihat adalah kemampuan kita dalam menulis secara ilmiah. Syarat: karya sendiri, 8-10 halaman A4, spasi 2. Begitu membaca syarat ini, otak culas saya langsung aktif: margin wide, font besar, perbanyak gambar & kata sambung, panjang-panjangkan kalimat, dst. Namanya juga usaha….Akhirnya saya minta bantuan ke peneliti berpengalaman yang kebetulan juga adalah Dekan di kampus saya. Setelah bertapa telanjang dada 3 hari di depan laptop, keluarlah “pusaka”: makalah baru 7 halaman + 1 halaman referensi tentang suatu penemuan yang heboh… di tahun 2009 (alias sudah basi). Ahhh, peduli setan, pokoknya kirim saja, hehehe….

-          Hasil tes TOEFL/ GRE/ GMAT*. TOEFL tau kan? Kalau GRE/ GMAT itu semacam tes potensi akademik; GRE buat exact science seperti MIPA & Psikologi sementara GMAT khusus untuk akuntansi. Sertifikat TOEFL  tidak perlu dikirim lagi kalau di seleksi berkas awal sudah dikirim.
*sebenarnya AMINEF akan mendaftarkan kita untuk ikut TOEFL-iBT dan GRE atau GMAT sebagai tahap berikut dari proses seleksi. Tapi kalau sudah pernah ikut tes tersebut, silahkan mengirim sertifikat hasil tes yang masih berlaku.

Urusan kirim mengirim file ke AMINEF juga cukup bikin pusing kepala. Penamaan file HARUS ikut aturan mereka. Ukuran tiap file yang dikirim MAKSIMUM 1 MB sementara hasil scan yang layak baca biasanya 1-2 MB. Kalau tidak patuh ya dijamin proses seleksi kamu jadi kurang lancar. Putar otak lagi deh…,

Dibandingkan tahap wawancara, tahap ini memang butuh lebih banyak “kerja”. Mulai dari urus paspor, ikut TOEFL, bikin legalisiran, bikin work example, bikin revisi SO, bikin PS, bikin resume, hadehhhhhh………….

Tapi kembali lagi ke niat awal. Siapa sih yang bakal senang kalau modal cuap-cuap di MS Word tahu-tahu ada yang mau kasih sekolah S2/ S3 gratis? Kamu kan?

--- bersambung ke part 4 ---

2 comments:

itha.priyastiti said...

salam kenal bang:-) NAma saya Itha. saya lagi harap2 cemas juga tunggu hasil iBT dan GRE saya nih. ditunggu part 4 dari blog nya nih..hehe..apakah dengan modal principal candidate dan sudah dikirimin submission plan sudah menjamin kita bakal jalan ke Amrik bang?

itha.priyastiti said...

salam kenal bang:-) Nama saya Itha. saya lagi harap2 cemas juga tunggu hasil iBT dan GRE saya nih. ditunggu part 4 dari blog nya nih..hehe..apakah dengan modal principal candidate dan sudah dikirimin submission plan sudah menjamin kita bakal jalan ke Amrik bang?