Tuesday, February 13, 2007

Aku sakit

Jakarta, 28 Januari 2007

Aku sakit. Tidak tampak dari luar, tapi kurasakan di dalam. Aku adalah contoh nyata keganjilan alam. Aku berpikir terlalu banyak, terlalu sering, tentang terlalu banyak hal yang sama sekali tidak penting, setidaknya tidak penting bagi kelangsungan hidupku sebagai mahasiswa kedokteran tingkat IV. Aku bisa berpikir tentang seseorang yang melintasiku saat menyeberang selama belasan menit sebelum aku bisa mengalihkan pikiran ke hal lain. Aku berpikir tentang hal-hal selagi di kamar mandi. Sejujurnya, aku paling sering memikirkan hal-hal tak penting itu ketika sedang mencuci pakaian atau mandi pagi, atau selagi buang air besar. Selain kamar mandi, tentu saja angkutan umum atau pasar swalayan. Bising di kepalaku seperti bantal kapuk yang robek akibat perang bantal dan bertebaran isinya. Memenuhi semua tempat. Hanya ada dua yang bisa meredamnya: tidur atau menulis (sebenarnya bukan menulis betulan; hanya bermain dengan pena atau papan tuts komputer). Tentu saja jauh lebih sering dan lebih gampang yang pertama daripada yang kedua. Gara-gara bising internal itulah aku sering sulit mengungkapkan sesuatu dengan gamblang dan jelas. Dan itu semakin menyiksa ketika keadaan mengharuskan tidak tidur atau menulis.

Semakin lama kurasa aku semakin sakit. Dan obatnya tak kunjung muncul.

2 comments:

Anonymous said...

ka Qui, I think I know how you feel.
Otak ini bener2 bikin cape kadang2. it annoyes you but you love it. ya kan? hehe

pria2 kontemplatif... =p

Refleksi Penyegaran Aktualisasi said...

remember me? temen sd mu yang sebangku ma erlita.

tulisan yang bagus, related banget, seenggaknya ke gw.. huehehehe..