Saturday, September 22, 2007

Tired.

My soul has been wandering so far only to reach square one.
I asked me what's been achieved, there's only one big shiny "?" hanging above my nose.
Just like Radiohead's Creep," ... what the hell am I doing here; I don't belong here...."
It feels like slowly digested inside some beast's bowel; a mind-numbing pain

I swing from one day to another,
like taking the steep, uphill route of a mountain
Only think 2 steps ahead, never more
Just to maintain sanity in the thickened air

Will there be a heavenly summit?

Friday, September 14, 2007

Jadi dokter di Tangerang

Tiga minggu lalu saya ke Tangerang untuk menjalani stase bag. Anak di RSU Tangerang selama 1 minggu. Awalnya saya sangat tertekan mengingat cerita-cerita dari para senior yang sudah melewati stase ini. Yang menakutkan saya adalah cerita mengenai tingginya tingkat kematian anak di RS itu. Saya takut ada anak yang meninggal karena kelalaian & kebodohan saya.
Tapi, mau tak mau stase disana harus dilalui. Maka berangkatlah saya pada Minggu malam sebab Senin pagi stase dimulai.
Saya tiba di RSU Tangerang sekitar jam 9 malam & langsung menuju rumah koas FKUI. Rumahnya cukup besar. Ada 1 ruang tamu, 1 ruang TV, 8 kamar tidur (untuk koas Anak 3 kamar, koas Interna 2 kamar, koas Bedah 2 kamar, koas Obgyn tidak dapat kamar karena belum stase Tangerang), 1 kamar makan, 1 dapur, 5 kamar mandi & 1 tempat mencuci. Di sebelah kanan rumah ko-as FKUI ada rumah koas FKGUI dengan 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 ruang bersama, & 1 dapur (detail rumah koas FKGUI saya lihat waktu bertandang ke rumah tetangga kami itu :D)

Hari Senin pagi stase dimulai. Kami, koas Anak ber-12 menuju bangsal perawatan Anak, Anyelir & Kemuning (6 ke Anyelir, 6 ke Kemuning). Saya ke Kemuning (bangsal kelas III). Di sana saya bertugas mengawasi 5 pasien. Tugasnya mencakup mengikuti perkembangan pasien tiap hari, termasuk pengobatan & edukasi ke orangtuanya (istilah kampungnya "follow up"). Jadi, tiap jam setengah 7 pagi selama seminggu saya follow up ke bangsal Kemuning, lalu mencatat hasil follow-up di status pasien, dan menunggu dokter calon spesialis (residen) Anak datang dan membenarkan follow-up kami, koas-koas lucu (baca: lugu nan cupu). Bagi saya, bagian inilah yang paling menyenangkan karena koas boleh menentukan segala tindakan sesuai yang dia tuliskan di status. Jika koas lucu itu agak pintar, residen akan menyetujui semua langkah penatalaksanaan yang dia tuliskan. Jika tidak, alamat status itu berubah jadi mirip buku anak kecil yang baru belajar menulis; penuh coretan! Kenapa saya bilang menyenangkan? Karena di sinilah kesempatan untuk benar-benar menjadi dokter terkabulkan. Kalaupun ada kesalahan memberi obat misalnya, residen Anak yang pintar-pintar itu akan mengoreksi sebelum kesalahan itu dilakukan pada pasien. So, we can learn from every mistakes we did everyday without any worries.

Menjelang siang, ke-12 koas berkumpul bersama 1 spesialis Anak untuk berdiskusi. Spesialis Anak yang bertugas saat itu namanya dr. Khumaedi, Sp. A. Beliau baik sekali dan mau membagi ilmu-ilmu praktisnya dengan gratis, beda dengan Sp.A di RSCM yang selalu bilang, "Kamu baca lagi ya Dek!" Diskusinya berkaitan dengan kasus yang kami follow-up tiap hari. Diskusi ini berakhir pada jam makan siang jadi kami langsung ke rumah koas begitu selesai.
Seharusnya setelah makan siang & salat, kami kembali lagi ke bangsal. Namun karena sebagian besar kami-kami ini (sudah bodoh) malas (pula), maka yang kembali ke bangsal biasanya hanya yang bertugas jaga mulai sore itu sampai keesokan subuhnya. Yang tidak jaga: HURA-HURA!!! Mau makan lagi kek, mau tidur kek, mau jalan-jalan ke mal-mal Tangerang kek (seperti saya), terserah....

Tentunya yang jaga tidak bisa semerdeka yang lain. Tugas selama jaga: menerima pasien baru (kalau ada) dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, bikin diagnosis kerja+perencanaan, lalu lapor ke residen lewat telepon tentang diagnosis kerja & rencana yang dibuat. Kalau tidak ada pasien, bercengkrama dengan perawat, terutama perawat cewek yang masih muda & manis. Kalau ada pasien yang perlu "perhatian khusus" seperti infusnya macetlah, infusnya habislah, infusnya lepaslah, infusnya terminumlah (eh, yang ini nggak...) dll, kami beri perhatian khusus. Kalau ada yang sekarat, kami lakukan prosedur buat pasien sekarat. Kalau ada yang mati, kami lakukan prosedur pasien sekarat sekedarnya agar keluarganya merasa ada usaha terakhir untuk menyelamatkan nyawa yang sebenarnya sudah tidak terselamatkan, lalu kami doakan & kami kuatkan hati keluarganya. Yah, begitulah. (Kebetulan waktu saya jaga ada 1 yang meninggal, dan itu yang saya lakukan.)

Dari Senin sampai Sabtu seperti itulah gambaran kehidupan koas Anak yang sedang stase di RSU. Tangerang. Sebagian kembali ke Jakarta Sabtu siang, kecuali yang jaga Sabtu malam & Minggu pagi. Saya pulang ke Jakarta dengan berat hati karena selesai sudahlah 1 minggu paling menyenangkan selama 4 tahun lebih saya jadi anak FKUI. Stase Tangerang menyenangkan karena:
1. Bisa mengaplikasikan ilmu (yang cuma seujung kuku) langsung ke pasien
2. Kasus-kasus yang ada merupakan gambaran nyata kasus yang akan sering ditemui nanti di lapangan.
3. Makanan terjamin (bisa makan 4-5 kali sehari, gratis pula! --> sangat cocok untuk anak kos seperti saya)
4. Ada tetangga anak FKG yang manis-manis.
5. Tiap sore bisa jalan-jalan kalau tidak jaga.
6. Presentasi kasus harian boleh dibuat tanpa tinjauan pustaka yang panjang & mengesalkan itu.
7. Taman RSU. Tangerang bagus & asri, tidak seperti RSCM yang gersang nan padat
8. Bisa bergaul lebih dekat dengan teman-teman koas Interna, Bedah & Obgyn yang sama-sama stase di Tangerang (bergaul lebih dekat = kesempatan bertandang ke kamar teman-teman & melihat mereka dalam piyama masing-masing tanpa ditampar!!! --> tidak berlaku untuk teman yang berjilbab kecuali mereka sedang alpa....)

Begitulah....